Jumat, 08 Februari 2008

Holygan Bola Indonesia ?

Gonjang-ganjing sepak bola di Tanah air, salah satu olahraga yang banyak menyedot penggemar dan massa itu, menjadi memusingkan. Pemerintah bukan hanya pusing soal anggaran, yang sempat dicetuskan bahwa untuk sepakbola tidak dibenarkan untuk mengambil dari dana APBD, karena anggaranya cukup besar tapi prestasi nipis kerusuan yang menonjol. Di Kota Malang saja Persema sempat menyedot dana Rp. 15 milyar pada anggaran tahun 2007, tapi kenyataanya prestasipun tiada, sedangkan untuk tahun 2008, karena pemerintah sudah jelas melarang akhirnya berusaha di seplitkan dari anggaran hibah KONI. Tentunya cukup pro kontra soal anggaran sepak bola yang menyedot masa besar itu. Hal itu bukan hanya di kota Malang, tapi juga Persik Kediri, Persebaya dan beberapa daerah yang kerab menggunakan anggaran rakyat itu untuk bola. Namun, kenyataannya yang muncul justru bukan prestasi.” yah minimal ditingkat asia, kalau kita mau berhadapan dengan, Liverpool terlalu kejauhan, dengan beberapa negara tetangga saja, kita tak mampu mengalahkan.
Tentunya untuk anggaran bola itu mendingan dicarikan dari sektor swasta, atau dibuat hiburan seperti Infotaimen, dengan pembiayaan murni swasta seperti yang dilakukan oleh Arema Malang, yang murni dibiayai oleh perusahaan rokok dan tiketing masarakat yang nonton bola. Belum juga tuntas soal anggaran, ribut dalam Liga Jarum Indonesia sempat dikejutkan dengan para Holygan bola Indonesia. Masih ingat kasus di Kediri, stadion Brawijaya Kediri porak-poranda, akibat ketidak puasan Suporter, sehingga terjadi kerusuhan di stadion, bersambung di Solo antara pemain asing tak singkron sehingga memicu kerusuhan dan terakhir di Stadion Gelora Bungkarno, hingga menewaskan seorang suporter dan terjadi kerusuhan. Tentunya perlu dilakukan intropeksi bersama, sampai saat ini apa sudah ada penegakan aturan pelanggaran yang dilakukan oleh PSSI, selain itu juga apa ada sosialisasi bahwa pertandingan Liga Apapun yang berkaitan dengan bola dikatagorikan sebagai hiburan sehingga, tak sampai terjadi fanatisme yang berlebihan terhadap Holygan Suporter Indonesia.]
Tentunya hal itu jadi PR pengurus PSSI maupun para pengelolah sepak bola di tanah air, sehingga liga menjadi tontonan yang indah seperti yang dilakukan di luar negeri. Karuan saja dengan semakin porak-porandanya sepak bola di tanah air membuat Presiden SBY melarang anggaran sepak bola untuk dimasukkan anggaran APBD,karena anggaran yang digunaka akan serat disalah gunakan. Sedangkan adanya anarkisme para suporter bola membuat Menpora kebakaran jenggot, melarang liga di laksanakan di Stadion Gelora Bung Karno diminta untuk dialihkan ke daerah. Begitu juga para aparat polisi diminta setiap pertandingan untuk bisa menekankan pada panitia, bahwa ada jaminan keamanan. (*****)

Tidak ada komentar: